Selasa, 02 Mei 2017

Kedigdayaan Sultan Sulaiman al-Qanuni


SULEIMAN THE MAGNIFICENT
Baik, pada kesempatan kali ini saya akan membeberkan kehebatan seorang pemimpin umat islam pada abad pertengahan yang mana saat itu islam menjadi penguasa dunia dan juga rujukan atau panutan dunia dalam segala hal. Pemimpin adil dan bijaksana itu adalah Sulaiman al-Qonuni bin Salim, yang dikenal orang-orang Barat sebagai Sulaiman yang agung atau Suleiman the Magnificent. Ia memerintah selama 48 tahun, dimulai dari tahun 926 H hingga 974 H, dan ia juga termasuk salah satu sultan yang termasyhur dari kerajaan Turki Utsmani selain Sultan Mehmed Al-Fatih, Bayazid 1,dan Orkhan. Selain itu ia dipercaya sebagai sultan terlama dibanding sultan-sultan lainnya yang memerintah kerajaan Turki tersebut.
Ia berhasil menjadikan kerajaan ini begitu kuat dan berkuasa selama ia memerintah Kesultanan Utsmani, Hal tersebut dapat dibuktikan pada luas wilayah imperium Utsmani yang luasnya belum pernah tercapai pada masa sebelumnya. Perkataannya didengarkan oleh seluruh negeri dan kerajaan lainnya. Kekuasaannya terbentang ke penjuru negeri dan pengaruhnya meliputi seluruh dunia, maka tak heran apabila ia menjadi penguasa yang paling disegani di dunia pada masa itu. Manajemen administrasi dan tata perundangan kerajaannya begitu modern, tanpa menyimpang dari syariat Islam yang memang selalu dijaga, dimuliakan, dan dipegang teguh oleh keluarga kesultanan Utsmani di setiap wilayah kekuasaan mereka. Ilmu pengetahuan dan sastra begitu maju serta arsitektur dan pembangunan begitu berkembang.
Masa Pertumbuhan dan Awal Pemerintahan
Ayah Sultan Sulaiman adalah Sultan Salim I dan ibunya bernama Hafshah. Ia dilahirkan di Kota Trabzon tahun 900 H bertepatan dengan 1495 M. Sulaiman kecil dikenal sebagai seorang anak yang tekun dan memiliki kesungguhan. ketika ia dilahirkan, sang ayah sedang menjabat sebagai amir di daerah Trabzon. Ayahnya memberikan perhatian yang begitu besar padanya. Sedari kecil, ia dididik untuk mencintai ilmu dan sastra, mencintai ulama, ahli fikih, dan sastrawan.

Kota Trabzon, kota kelahiran Sultan Sulaiman. Terletak di wilayah tenggara Republik Turki.

Tatkala ayahnya wafat pada 9 Syawal 926 H atau 22 September 1520 M, Sulaiman langsung dilantik menjadi raja yang baru oleh keluarga istana guna menggantikan ayahnya. Saat itulah secara langsung ia memegang urusan negara dan memainkan peranan utama dalam perpolitikannya. Ketika ia dilantik, ia membuka khotbahnya dengan membaca ayat,
إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. (QS. An-Naml: 30).
Sultan Sulaiman benar-benar memenuhi hari-harinya untuk bertanggungjawab sebagai kepala Negara ketika ia berkuasa/memerintah.
Pada awal masa pemerintahannya, ia telah menorehkan beberapa keberhasilan yang gemilang diantarannya, memperluas pengaruh kerajaan, mengalahkan pihak asing yang hendak mencampuri urusan kerajaan, dan menertibkan wilayah yang hendak melepaskan diri dari otoritas Utsmani. Mereka yang tidak senang dengan sultan sulaiman mengira dengan usia Sultan Sulaiman yang masih sangat muda, yaitu 26 tahun, merupakan kesempatan yang tepat untuk mewujudkan ambisi dan keinginan mereka. Ternyata tidak semudah apa yang mereka sangka. Di usia belianya, Sultan Sulaiman sudah memiliki kekuatan dan kematangan dalam memimpin.
Beberapa pemberontakan berhasil dipadamkan oleh sultan Sulaiman seperti pemberontakan yang dikobarkan oleh Janbirdi al-Ghazali di Syam, Ahmad Basya di Mesir, dan seorang Syiah yang bernama Qulandar Jalabi di daerah Konya dan Kahramanmaraş. Qulandar mengerahkan 30.000 pengikutnya untuk mengadakan revolusi, menggulingkan kerajaan.

Perjuangan jihad dalam mengusir penjajah Eropa di Timur Tengah
Pada masa pemerintahannya, terjadi beberapa kali peperangan. Pada tahun 927 H/1521 M, Utsmani berhasil menguasai wilayah Belgrade (ibu kota Serbia sekarang). Tahun 935 H/1529 pasukan Utsmani mengepung Kota Vienna (ibu kota Austria sekarang) walaupun tidak berhasil menguasainya. Di kesempatan berikutnya upaya menaklukkan Vienna kembali dilakukan, namun hasilnya tetap sama. Kemudian Budapest, ibu kota Hungaria menjadi salah satu propinsi Utsmani. Salah satu dampak dari peperangan-peperangan yang dilakukan oleh Sultan Sulaiman adalah wilayah kekuasaan kesultanan Utsmani kian meluas hingga mencapai Eropa, Asia, dan Afrika.

Peta wilayah kekuasaan Turki Utsmani

Di benua Asia, Sultan Sulaiman menghadapi tiga kali peperangan besar dengan negara Syiah yaitu Kerajaan Safawi. Peperanga antara dua kerajaan islam berbeda aliran ini bermula pada tahun 941 H/1534 M yang mengakibatkan Irak menjadi bagian dari Daulah Utsmaniyah. Kemudian tahun 955 H/1548 M, Tabriz (wilayah Iran) dapat direbut oleh Utsmani. Dan pada tahun 962 H/1555 M, Sultan Sulaiman berhasil memaksa Shah Tahmasp I (Raja Iran) untuk mengikat perjanjian perdamaian sekaligus menjadikan Utsmani berkuasa penuh atas Arywan, Tabriz, dan Anatolia.
Sultan Sulaiman juga menghadapi Portugal di Samudera Hindia dan Teluk Arab. Pada tahun 953 H/1546, Yaman, Oman, Ahsa, dan Qatar menjadi provinsi-provinsi Daulah Utsmani. Hal ini menyebabkan semakin kecilnya pengaruh Portugal di Timur Tengah. Di Afrika, Libya, sebagian besar Tunisia, Eritria, Djibouti, dan Somalia menjadi bagian wilayah Turki Utsmani di masa pemerintahan Sultan Sulaiman al-Qonuni.
Pembangunan dan perkembangan maritim Utsmani
Angkatan laut dari suatu kerajaan memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga kedaulatan laut kerajaan. Pembangunan maritim Utsmani pada awalnya dirintis dan mengalami pertumbuhan pesat pada masa pemerintahan Sultan Bayazid II. Sedangkan pada masa Sultan Sulaiman, kekuatan maritim pun kian diperkokoh. Dengan panglima angkatan laut yang sangat terkenal yaitu Khoiruddin Barbarossa, Ia adalah seorang panglima angkatan laut Utsmani yang tangguh. Ia berhasil menguasai pantai Spanyol dan menghancurkan angkatan laut Pasukan Salib di Laut Mediterania. Karena kehebatan serta ketangguhannya, ia sampai dicitrakan oleh orang-orang Barat sebagai seorang bajak laut.
Khoiruddin Barbarossa berperan besar dalam membantu Sultan Sulaiman menghadapi orang-orang Spanyol dan juga dalam menyelamatkan ribuan muslim Spanyol dari kekejaman Kristen Eropa. Pada tahun 935 H/ 1529 M, kapal-kapal laut Utsmani diberangkatkan menuju pesisir Spanyol untuk mengangkut sekitar 7000 muslim Spanyol yang diburu oleh pemerintah Kristen Spanyol untuk dibunuh, dipaksa memeluk Kristen, atau dijadikan budak.
Ia juga dipercaya oleh Sultan Sulaiman dalam menghadapi serangan orang-orang Spanyol di Laut Mediterania. Spanyol menderita kerugian yang sangat besar karena kalah dalam pertempuran tersebut. Dan penderitaan terbesar aliansi Kristen adalah dalam Perang Preveza pada tahun 945 H/1538 M.
Khoiruddin Barbarosa juga berperan dalam kerja sama militer dengan Prancis saat membebaskan Kota Nice pada tahun 950 H/1543 M. Hasil dari kerja sama ini adalah Utsmani diberikan kekuasaan atas kota pelabuhan Toulon. Dan Kota Toulon pun menjadi basis militer dan pelabuhan Kerajaan Utsmani di Laut Mediterania bagian barat.
Perkembangan Daulah Utsmaniyah di Masa Sultan Sulaiman
Wilayah kekuasaan Utsmani kian meluas hingga mencapai Laut Merah karena mereka berhasil mengusir orang-orang Portugal dari wilayah tersebut. Di Afrika, Habasyah (Ethiopia)pun menjadi bagian dari Utsmani. Dengan demikian, jalur-jalur perdagangan antara Asia dan dunia Barat melewati negara Islam Turki Utsmani.
– Perkembangan Peradaban
Sultan Sulaiman al-Qonuni adalah seorang yang mahir dalam menggubah syair, menulis kaligrafi, dan mengusai beberapa bahasa timur, seperti bahasa Arab. Selain itu ia juga suka dengan batu mulia, arsitektur, dan kontruksi bangunan. Hal ini berdampak pada pembangunan di kerajaannya.
Pada masa pemerintahannya, Ia membangun beberapa bangunan utama seperti masjid-masjid di wilayah Aden, Yaman, dan al-Qanatir al-Khayriyya, Mesir serta di berbagai penjuru wilayah Turki Utsmani. Khususnya di Damaskus, Mekah, dan Baghdad.selain itu ia juga membangun benteng di Rhodes, Belgrade, dan di wilayah Iran. Ia juga menunjukkan seni arsitektur pada bangunan-bangunan di ibu kota dan berbagai daerah.
Seorang sejarawan yang bernama Jamaluddin Falih al-Kailani mengatakan bahwa masa Sultan Sulaiman al-Qonuni merupakan masa keemasan Daulah Utsmani. Karena pada masanya Turki Utsmani menjadi satu-satunya negara adidaya di muka bumi dan memiliki dominasi kekuasaan di Laut Mediterania.
Masjid Sultan Sulaiman di Istanbul, Turki.
Pada masanya juga muncul arsitek-arsitek ulung dalam sejarah Islam, seperti Mimar Sinan. Ia membangun Masjid Sulaiman al-Qonuni atau dikenal juga dengan Jami’ as-Sulaimaniyah di Istanbul, pada tahun 964 H/1557 M. Ini adalah salah satu bangunan terbaik yang dibangun oleh seorang arsitek Islam yang bernama Mimar Sinan. Arsitek lainnya adalah Sinan Basya yang berperan besar dalam pembangunan-pembangunan Kerajaan Turki Utsmani. Ia juga yang memberikan sentuhan khas akan arsitektur Utsmani. Sehingga orang dengan mudah mengenal bangunan-bangunan Utsmani.
Pada masa pemerintahannya pula seni kaligrafi mencapai puncak kejayaannya. Banyak ahli kaligrafi terkenal yang muncul di zamannya. Sebut saja Hasan Effendi Chalibi al-Qarah Hashari yang membuat kaligrafi-kaligrafi di Jami’ as-Sulaiman. Ada juga Ahmad bin Qarah Hashari penulis Rawa-i’ al-Khoththi al-Arabi wa al-Fanni ar-Rafi’. Selain itu juga bermunculan ulama-ulama terkenal yang membimbing para penguasa Utsmani menuju jalan yang benar.
      -Perkembangan Perundang-Undangan dan Administrasi
Pada saat Sultan Sulaiman memerintah, ia menyusun tata perundangan dengan berdiskusi bersama Syaikh Abu as-Suud Effendi. Ia berusaha agar tata perundangan yang ia rancang tidak melenceng dari garis-garis yang dibataskan syariat Islam. Undang-undang tersebut dikenal dengan Qanun Namuhu Sulthan Sulaiman atau Undang-Undang Sultan Sulaiman. Undang-undang yang ia susun ini diterapkan hingga abad ke-13 H atau abad ke-19 M.

Karena konsistennya Sultan Sulaiman dalam menerapkan undang-undang yang ia susun, ia pun diberi gelar al-Qonuni. Oleh karena itu, gelar-gelar yang diberikan orang-orang Eropa kepada Sultan Sulaiman seperti The Magnificent dan The Great, tidak memiliki pengaruh dan kesan yang mendalam dibanding gelar al-Qonuni. Karena gelar ini menunjukkan keadilan sang sultan dalam memerintah. Meskipun wilayah kekuasaan Turki Utsmani sangatlah luas, namun kerajaan ini juga mengimbanginya dengan administrasi yang rapi dan tertata.
Wafatnya Sultan Sulaiman
Di penghujung usianya, Sultan Sulaiman menderita sakit encok, sehingga membuatnya tidak bisa lagi mengendarai kuda. Dan beliau memiliki usia yang cukup panjang, mencapai 74 tahun. Saat ia mengetahui orang-orang Kristen Eropa berada di garis perbatasan negeri kaum muslimin, Sultan Sulaiman tetap berdiri, berjihad memimpin pasukannya, padahal saat itu beliau sedang menderita sakit yang cukup parah.
Ia berangkat pada tanggal 9 Syawal 973 H/29 April 1566 M. Saat sampai di Kota Szigetvár, Hungaria, sakit yang beliau derita pun bertambah parah. Sebelumnya, dokter kerajaan telah menasihatinya agar tidak berangkat ke medan jihad, dengan harapan sakit yang ia derita dapat sedikit reda atau bahkan sembuh total. Namun beliau menjawab dengan jawaban yang diingat oleh sejarah, ia berkata, “Aku lebih senang wafat dalam keadaan berjihad di jalan Allah”.

Monumen persaudaraan antara Turki dan Hungaria yang dibangun di Kota Szigetvár. Tampak patung Sultan Sulaiman dan Nikola Zrinski.

Saat terjadi Perang Szigetvár, Nikola Zrinski hampir kehilangan seluruh pasukannya. Sultan pun mengepung Kota Szigetvár. Setelah dua minggu mengepung, sampailah pasukan Islam di garis depan, dan pertempuran pun pecah. Cuaca yang dingin, kekuatan besar Kristen dan semangat tinggi mereka untuk mempertahankan benteng, menjadikan perang itu sebagai perang terberat yang dihadapi umat Islam. Peperangan dan pengepungan terus berlangsung hingga genap 5 bulan. Kekhawatiran kaum muslimin pun kian meningkat karena sulitnya menaklukkan benteng Szigetvár ini.

Di sisi lain, sakit sultan bertambah parah, dan ia merasakan bahwa ajalnya telah dekat. Sultan pun merendahkan dirinya kepada Allah Ta’ala, ia berkata, “Ya Allah penguasa sekalian alam, berilah kemenangan kepada hamba-hamba-Mu, umat Islam, tolonglah mereka, dan berilah nyala api pada orang-orang kafir ini”.

Allah Ta’ala mengabulkan doa Sultan Sulaiman. Salah satu peluru meriam umat Islam menghatam gudang mesiu orang-orang kafir. Ledakan dahsyat pun terjadi. Benteng mereka pun jebol. Umat Islam pun menyerang mereka habis-habisan. Dan pada akhirnya, bendera Daulah Utsmaniyah pun berhasil berkibar di puncak benteng.

Betapa gembiranya sultan dengan kemenangan tersebut. Ia memuji Allah atas nikmat yang agung ini. Lalu ia berkata, “Sekarang, selamat datang wahai kematian. Selamat datang kebahagian (kemenangan) dan (semoga) kemenangan yang abadi. Berbahagialah jiwa yang ridha dan diridhai. Yaitu mereka yang Allah ridhai dan mereka juga ridha kepada Allah”. Ruh sang sultan pun beranjak, pergi meninggalkan jasadnya pada tanggal 20 Shafar 974 H/5 September 1566 M. Semoga Allah menempatkan di surga yang penuh dengan kebahagiaan.
Kabar wafatnya Sultan Sulaiman, disampaikan wazir Muhammad Basya kepada putra mahkota Sultan Salim II. Sultan Salim II berangkat menuju Szigetvár untuk menjemput sang ayah, kembali menuju Istanbul. Hari itu adalah hari yang penuh duka cita, umat Islam merasakan kesedihan dan kehilangan yang sangat mendalam. Adapun orang-orang Kristen Eropa merasakan kegembiraan yang begitu besar atas wafatnya Sultan Sulaiman, melebihi kegembiraan mereka atas wafatnya Sultan Bayazid I dan Muhammad al-Fatih. Mereka mendentangkan lonceng-lonceng gereja karena gembira dengan wafatnya sang mujahid.

Demikianlah kedigdayaan Sultan Sulaiman al-Qanuni yang pada masannya islam merupakan panutan dunia, islam merupakan suatu Negara adidaya yang sangat disegani oleh lawan-lawannya, semoga kedepannya artikel ini dapat menyadarkan umat islam bahwasannya kitalah yang harus mengasai dunia dan juga memnghentikan perbuatan dzhalim ynga dilakukan oleh kaum kafir di muka bumi ini. 


Daftar Pustaka :

https://id.wikipedia.org/wiki/Suleiman_I
heromuslim.blogspot.co.id/2015/04/khalifah-sulaiman-al-qonuni.html
www.hidayatullah.com/.../sulaiman-al-qanuni-versi-sejahrawan-muslim-dan-orientalis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar